Alvi Hadi Sugondo berkata, Semua orang benci musibah. Baik musibah kecil apalagi musibah
besar. Seolah, musibah itu seperti penyakit lepra yang harus dijauhi
sejauh-jauhnya. Padahal, tak semua musibah itu selamanya buruk. Ada musibah
yang sengaja Tuhan kirimkan untuk kita lebih bersyukur, ada juga karena memang
hukuman.
Alvi Hadi Sugondo menambahkan, musibah adalah sesuatu yang tak bisa kita hindari. Sepandai
apapun kita, sekaya apapun kita, semujur apapun kita, jika sudah waktunya akan
terkena musibah, maka akan terkena juga.
Menurut Alvi Hadi Sugondo, Alkisah, ada seorang raja kaya raya yang memiliki kekayaan
yang luar biasa. Raja ini memiliki seorang penasehat muda yang sangat
bijaksana. Nama penasehat itu adalah Tripoli.
Sejak sang raja mengangkat Tripoli sebagai penasehat raja,
kerajaan menjadi makin besar dan maju. Rakyat kerajaan juga makin sejahtera,
karena kebijaksanaan yang Tripoli berikan pada raja sangata tepat dan efektif
hingga kerajaan makin berkembang pesat dari waktu ke waktu.
Suatu saat, Tripoli menyarankan sang raja untuk berlatih kuda
lebih keras, karena memang sang raja kurang begitu bagus dalam menunggang kuda.
Karena nasehat Tripoli itu selalu benar, maka sang raja mematuhi saja nasehat
itu.
Ketika berlatih kuda, terjadi musibah yang sangat tragis.
Kuda sang raja jadi begitu liar dan melontarkan sang raja ke sebuah parit yang
penuh batu kasar dan tajam. Beruntung sang raja tidak terluka parah, hanya ibu
jarinya saja yang tak tertolong, putus terkena batu tajam.
Sang raja sangat shock akibat musibah yang ia derita itu.
Seluruh pasukan membawa sang raja ke kerajaan untuk mengobati sang raja.
Sementara Tripoli tetap memandang musibah itu dari sudut positif.
Selang dua hari, sang raja mendatangi Tripoli di ruang
istana. Raja Nampak tidak seperti biasanya, mukanya sangat marah dan tak
simpatik lagi. Raja berpikir, karena Tripolilah yang membuat ia harus
kehilangan jempol kanan seumur hidup.
“Tripoli, pelajaran apa yang kamu dapat dari musibah yang
menimpa aku kemarin?” Tanya raja
“Seharusnya sang raja bersyukur, hanya satu jari kaki yang
terputus, sementara jari yang lain masih utuh dan bagus” ujar Tripoli dengan
penuh ketenangan.
Mendengar jawaban itu sang raja sangat marah, ia langsung
menghampiri Tripoli dan ingin menumpahkan kekesalannya itu atas musibah yang ia
derita.
“Tripoli, saya kehilangan satu jari karena nasehat kamu, jika
kamu tidak menasehati aku untuk berlatih kuda lebih keras, pasti jari aku dalam
keadaaan normal, tidak seperti ini. Saya jadi cacad seumur hidup, Tripoli !”
gertak raja dengan nada marah dan berteriak keras.
Tripoli tetapa tenang dan tidak menunjukkan rasa takut
sedikit pun, walau ia tahu bahwa hukuman terberat yang dijatuhkan adalah
hukuman gantung.
“Pengawal, cepat bawa Tripoli ke ruang tahanan bawah tanah! “
perintah raja dengan keras.
Secepat kilat, para pengawal kerajaan membawa Tripoli ke sel
bawah tanah yang pengap, gelap dan tersendiri.
Hari terus berjalan, dan sang raja mendapat penasehat
pengganti yang ia anggap jauh lebih bijaksana dari Tripoli.
Oleh penasehat barunya itu, sang raja dianjurkan untuk pergi
berburu ke hutan pedalaman, untuk menghilangkan stress akibat kejadian kemarin.
Maka raja pun menyetujui usulan tersebut.
Pagi harinya, raja, penasehat dan beberapa hulubalang
kerajaan bersiap menuju hutan yang sangat sepi, jauh dari luar wilayah
kerajaan.
Sang raja sangat senang dengan penasehat barunya itu, karena
selain cerdas juga memiliki wawasan yang sangat luas. Ketika sang raja asyik
berdiskusi dengan penasehat, tiba-tiba sekelompok pasukan tak dikenal mengepung
sang raja serta beberapa pasukan kerajaan.
“Celaka raja, kita dikepung kawanan pasukan kanibal ! “ ujar
komandan kerajaan.
Tanpa banyak perlawanan, raja dan semua pasaukan kerajaan
yang jumlahnya hanya 20 prajurit ditangkap oleh gerombolan kanibalis.
Sampai di markas, satu demi satu pasukan raja diperiksa.
Setelah mengalami pemeriksaan ketat, pasukan raja itu dibawa kesebuah area
pembantaian untuk persiapan pesta makan malam.
“Aduh, alangkah bodohnya aku ini, mengapa bisa terjebak dalam
pasukan kanibal ini, menyesal saya tidak menuruti Tripoli untuk tetap berdiam
di istana” ujar Raja pada penasehatnya itu sambil menunggu giliran pemeriksaan.
Setelah penasehat raja sudah diperiksa dan positif untuk
disembelih, kini saatnya raja yang diperiksa. Beberapa pasukan kanibalis
menelanjangi raja dan memeriksa satu per satu, lalu para pasukan pemeriksa itu berekspresi
kecewa.
Ia lalu menemui rajanya yang sangat besar, hitam dan bermuka
beringas. Dengan nada yang keras, raja kanibalis itu memerintahkan raja
kerajaan untuk dilepas, karena saat diperiksa ternyata cacat.
Sang raja sangat bersyukur, ia lalu dibawa keluar kerajaan
kanibalis dan diusir keluar karena mereka tak menerima manusia yang cacat untuk
persembahan para dewa mereka.
Sepanjang perjalanan, sang raja sangat bersyukur. Ia terus
lari dan lari keluar hutan dan menuju kerajaannya. Sesampai di kerajaan, ia
langsung menemui Tripoli yang sedang tekun membaca kitab kuno di penjara bawah
tanah.
“Tripoli, keluar kamu, saya ingin bicara” ujar raja, setelah
Tripoli dikeluarkan oleh beberapa pengawal kerajaan.
“Apa yang membuat paduka mengeluarkan hamba, bukankah saya
masih dalam masa tahanan?” tanya Tripoli dengan nada tenang.
“Saya menyesal telah memenjarakan kamu, ternyata musibah yang
saya alami kemarin ada hikmahnya. Saya tak jadi dimakan gerombolan kanibalis
pemakan daging manusia kemarin. Jika saya tak memiliki cacat di jari kaki,
mungkin saya sudah dipanggang mereka” ujar raja dengan nada penuh syukur sambil
memeluk Tripoli, pertanda berterimakasih.
“Saya juga bersyukur pada raja, karena raja menahan saya
sejak kejadian itu” ujar Tripoli dengan nada sangat tenang.
“Loh, kenapa bersyukur? Bukankah kamu justru sengsara saya
penjara di bawah tanah yang gelap, seorang diri dan jauh dari manusia?” ujar
raja heran.
“Itu kan yang paduka pikirkan, pada kenyataannya, jika saya
ikut dengan paduka kemarin, tentu saya juga sudah menjadi korban keganasan
pasuka kanibalis tersebut, karena tubuh saya normal tanpa cacat” ujar Tripoli
sambil tersenyum.
Mendengar penjelasan Tripoli, sang raja tertawa lepas penuh
bahagia, ia langsung membawa Tripoli ke ruang kehormatan sang raja dengan
status bebas dan sejak itu raja berjanji akan selalu mensyukuri apapun yang
terjadi, walau sangat pahit sekali pun. '
Pesan moral apa yang bisa kita petik dari kisah tersebut?
Ternyata, begitulah cara Tuhan ingin melipatgandakan
kebahagiaan manusia. Ia meletakkan manusia di posisi yang paling rendah untuk
kemudian diangkat ke posisi paling atas, ketika waktunya sudah tiba.
Musibah mungkin membuat kita dan sebagian besar orang merasa
putus asa, sedih serta marah pada Tuhan, tapi dibalik musibah kita tak tahu apa
yang akan terjadi. Tuhan sangat pandai membuat kejutan yang menakjubkan.
Pelajaran yang paling menarik lagi dari cerita diatas adalah ternyata
untuk mendapatkan kebahagiaan itu sangat sederhana. Raja contoh orang yang
sudah dikaruniai berbagai kenikmatan hidup, namun selalu mengeluh dan merasa
kurang.
Raja baru menyadari betapa ia dikaruniai kenikmatan yang
sangat besar tentang hidup ini, ketika ia dalam tawanan musuh.
Kita akan bersyukur kalau suatu hari tidur di kolong
jembatan. Akan bersyukur jika pernah mengalami kelaparan di jalan dan tak ada
seorang pun yang mau kasih makan, dan akan selalu bersyukur bisa menikmati
kesehatan saat di rumah sakit melihat sahabat kita sulit bernafas, dipenuhi
selang oksigen dan tinggal menunggu waktu untuk berpulang.
Mari kita selalu bersyukur atas apapun yang kita alami,karena
boleh jadi, apa yang kita sebut musibah itu sebenarnya karunia yang sangat besar
yang akan kita dapatkan, dan apa yang kita anggap karunia, itu sebenarnya jalan
menuju malapateka.
Belum ada tanggapan untuk "ALVI HADI SUGONDO " HIKMAH DIBALIK MUSIBAH KEHIDUPAN, TAK ADA KEBURUKAN CUMA SOAL CARA PANDANG""
Posting Komentar