Alvi Hadi Sugondo berkata, Alkisah, ada seekor nyamuk sedang belajar terbang. Setiap mau
terbang, selalu jatuh. Namun sang anak nyamuk itu tidak putus asa. Ia melihat
kakak-kakaknya terbang dengan gagah perkasa, dan itu membuat ia makin
bersemangat untuk terus belajar.
Alvi Hadi Sugondo menambahkan, Ketika sang anak nyamuk itu sudah mulai terbang, ia sangat senang atas jerih payah yang ia lakukan. Kerja
kerasnya membuahkan hasil.
“Nak, kenapa kamu sangat bahagia sekali bisa terbang?” ujar
sang ibu nyamuk
“ Keren Bu, bisa terbang itu membanggakan” ujar sang anak
nyamuk dengan ekspersi apa adanya.
“Kok kamu bisa mengatakan begitu, apa buktinya?” Tanya sang
ibu.
“Buktinya, setiap saya terbang banyak manusia yang beri tepuk
tangan, hebat kan” ujarnya dengan polos
Menurut Alvi Hadi Sugondo, apakah anda mendapat inspirasi dari cukilan cerita pendek
diatas? Yah, harus kita akui, kadang kita juga pernah melakukan kepolosan yang
dilakukan sang anak nyamuk. Tapi itulah hidup, penuh warna warni.
Pada kali ini kita tidak membahas tentang kemampuan
terbang atau jam terbang, karena sudah
saya ulas pada materi sebelumnya. Namun ada yang lebih unik dan menarik dari
cerita tersebut, yaitu kepolosan seekor anak nyamuk.
Kok nyamuk saja pake dibahas segala, emang tidak ada topic yang
lebih menarik? Mungkin begitu pikir anda.
Ijinkan saya menjelaskan kepada anda tentang arti sebuah
kepolosan. Sebenarnya apa itu polos? Jika kita merujuk pada definisi kamus bahasa Indonesia, arti polos itu jujur
apa adanya, bersih serta tulus.
"Kepolosan biasanya ada pada diri setiap anak kecil. Mereka
sangat polos, baik dalam pemikiran maupun perkataan serta perbuatan. Anak kecil
itu masih bersih layaknya sang anak nyamuk pada kisah diatas. Apa adanya" ujar Alvi Hadi Sugondo
Mengapa membangun jiwa polos itu penting? Karena kepolosan itu mendekatkan pada ketulusan
serta kejujuran, hingga siapapun orang yang berhubungan dengan mereka, akan
merasakan keteduhan hati dan ketentraman batin.
Kita harus belajar dari anak kecil untuk sifat yang satu ini,
karena semakin usia kita sudah dewasa maka kepolosan kita akan semakin
berkurang. Akan banyak sekali pamrih yang terjadi dan itu tak membuat jiwa kita
berkembang ke level yang lebih tinggi. Hidup yang tak dijalani dengan apa
adanya akan semakin sulit dan juga semakin sakit. Jadi, marilah kita berdamai
pada diri sendiri.
Kepolosan itu semacam ketulusan, apa adanya. Ia tidak mau
membuat orang merasa dibohongi, karena ia juga tak mau dibohongi. Ia suka
menampilkan apa adanya, selalu mau belajar, mau mengakui kesalahan serta mau
maju untuk masa depan yang jauh lebih baik. Orang yang penuh kepolosan umumnya
disukai semua orang, karena pribadinya indah.
Ini bukan soal apakah orang polos itu kaya raya serta sukses
luar biasa atau tidak? Ini soal membangun kekayaan jiwa, bukan kekayaan materi.
Berapa banyak orang yang terjebak dalam pemikiran materialistic hingga
kehilangan kepribadian polos ini. Ia tak bisa tulus memberi dan sulit berbagi
pengetahuan dengan orang lain (inspirasi).
Orang yang tak mau tampil apa adanya, akan sulit berkembang
karena ia membangun pondasi pijakan pada lumpur yang basah. Ketika ia ingin
naik keatas, pijakannya amblas ke bawah hingga ia jatuh.
Namun sebaliknya, orang yang berjiwa polos itu tampil apa
adanya. Ia mau menerima kekurangan diri sendiri dan orang lain, dan pada
akhirnya orang lain juga akan menerima kekurangan dirinya apa adanya juga. Ia
sudah membangun pondasi yang amat kuat untuk bertumbuh, bukan lumpur, tapi
tangga yang keras. Dan melalui tangga itu, ia bisa mudah naik keatas.
Sebenarnya dimana resep sukses orang sukses itu? Coba lihat
mereka di berbagai buku buku biografi, di blog internet hingga di berbagai
layar kaca. Rata-rata, mereka memiliki sifat polos dalam pemikiran dan
perbuatannya. Ini fakta kehidupan.
Orang yang polos itu bisa mengubah kelemahan menjadi
kekuatan, dan kekuatan menjadi jurus andalan, untuk mencapai sukses. Ia tahu,
ada banyak kelemahan pada dirinya, namun berkat kepolosannya itu, ia bisa
menunjukkan, bahkan dengan perasaan bangga pada orang lain, percis seperti anak
nyamuk tadi. Bukan untuk kesombongan tapi sebagai sumber pembelajaran.
Mereka yang berjiwa polos tahu bagaimana cara membuat orang
lain merasa dihormati, dan salah satu kuncinya adalah tampil apa adanya,
termasuk menerima masa lalunya yang bagaimana pun bentuknya. Tanpa syarat.
Orang yang sukses seutuhnya itu memperlakukan masa lalu
sebagai guru dan sumber ilmu sera kebijaksanaan. Ia tidak terikat dengan masa
lalunya itu, tapi di posisi sebagai orang yang bermartabat tinggi dan layak
sejajar dengan siapapun dimuka bumi ini. Terlepas, bagaimana buruknya masa lalu
mereka, karena itu tidak penting.
Orang sukses sejati sadar,
bahwa dirinya jauh dari kesempurnaan, karena itu ia terus belajar dan mengajar,
karena itu dua sisi mata uang kehidupan. Satu sisi ia merasa rapuh dan penuh
dosa, namun sisi lain ia juga bisa memberi inspirasi ke banyak orang agar
dirinya bisa bermanfaat. Alangkah indahnya pemikiran dan perbuatan semacam orang
ini.
Orang polos itu seperti mata uang logam, yang disisi kirinya
memiliki semangat belajar (dari kesalahan) lalu disisi lainnya punya semangat
mengajar (memberi inspirasi, edukasi, motivasi serta inovasi). Dan tak ada yang
tak berguna dikedua sisinya, karena satu bagian dengan bagian lain saling
menguatkan.
Ingat selalu, tak ada nilainya sebuah uang logam tersebut kalau hanya satu
sisi saja, sementara sisi lain tidak tercipta. Walaupun berbentuk koin emas,
tapi koin itu tetap saja tidak berharga, karena cacat. Uang logam yang baik
harus punya dua sisi.
Hanya orang yang berpikir seutuhnya yang bisa menerima hidup
ini seutuhnya, hingga bisa menerima orang lain juga secara utuhnya, hitam dan
putihnya diri kita dan mereka. Efek dari cara berpikir dan berbuat itu, akan
membuat diri kita diterima orang lain juga, ini hukum pikiran.
Jadi, jangan pernah merasa rendah diri karena kita memiliki
masa lalu yang suram, tapi lihatlah dua sisi uang logam, di satu sisinya adalah
pembelajaran (masa lalu yang kelam dan penuh dosa) lalu disisinya adalah
pengajaran atau pemberi inspirasi, agar orang tidak jatuh ke lubang yang sama,
lubang yang pernah kita jatuh.
Inilah intisari dari kepolosan diri, apa adanya seperti dua
sisi mata uang logam, belajar dan mengajar. Yes, kita punya kekurangan, tapi
tak bisa menjadi alasan untuk kita tak mau berbagi inspirasi, karena pengalaman
kita juga berguna bagi banyak orang. Tak ada manusia yang suci, kecuali
malaikat dan Tuhan. Ada yang salah dengan tulisan ini? Semoga tidak.
Kesimpulan dari uraian diatas adalah, jadilah jiwa dan
pribadi yang polos, yang penuh apa adanya diri, penuh kejujuran dan pengakuan,
bahwa kita juga manusia biasa, yang tak luput dari salah dan dosa. Jadikan
kelemahan menjadi kekuatan dan kekuatan menjadi jurus andalan capai kesuksesan.
Sudah siap belajar dari uang logam? Mari kita mulai, belajar dan mengajar.
Salam inspirasi.
Belum ada tanggapan untuk "ALVI HADI SUGONDO " BELAJAR DARI SEKEPING UANG LOGAM, INTISARI KEBIJAKSANAAN""
Posting Komentar