ALVI HADI SUGONDO "KISAH PENJAJA BUNGA CILIK DAN SEORANG EKSEKUTIF MUDA"



alvi hadi sugondo
Alvi Hadi Sugondo bercerita, Suatu hari, di sebuah kafe terkenal di bilangan Jakarta, tampak seorang eksekutif muda yang sedang asyik bekerja pada sebuah laptop mahalnya. Ketika pemuda itu sedang sibuk, datanglah seorang gadis kecil sambil membawa beberapa tangkai bunga indah dan harum.

“Bunganya Om, masih segar dan wangi” ujar gadis kecil itu 

“Tidak Dik, saya tidak sedang perlu bunga, lagi pula saya sedang sibuk” ujar pemuda itu sambil meneruskan pekerjaannya itu.

Alvi Hadi Sugondo menambahkan, Gadis kecil itu lalu berlalu untuk menjajakan ke pengunjung lain di kafe tersebut. Pemuda itu masih terus melakukan pekerjaannya dan tak menghiraukan sekelilingnya lagi. Setelah beberapa lama, pemuda itu sudah selesai melakukan pekerjaannya dan akan bergegas pergi.

“Om, pekerjaannya sudah selesaikan, ayo Om beli bunga ini, untuk kekasih Om atau orang yang Om sayang” ujar gadis kecil itu tak berputus asa sama sekali, walaupun sudah beberapa kali mengalami penolakkan.



Melihat kegigihan gadis kecil itu, dengan setengah kesal, pemuda itu mengambil uang lima puluh ribuan lalu memberikan kepada penjaja bunga itu.
“Ini uang untuk kamu saja, dan tolong jangan ganggu saya lagi ya” ujar pemuda itu sambil berlalu. Penjaja bunga itu menerima uang itu, lalu pergi ke suatu tempat kearah seorang peminta-minta tua yang jaraknya tak jauh dari kafe itu. 

Pemuda itu sempat penasaran, apa yang penjaja bungaitu lakukan, ia terkaget karena uang pemberiannya itu ia berikan semuanya ke pengemis itu. Karena penasaran, ia hampiri penjaja bunga itu.

“Dik, kenapa kamu berikan semua uang kamu ke pengemis itu, bukankah kamu juga perlu uang itu untuk makan?” Tanya pemuda itu penasaran.

“Ibu saya mengajarkan saya untuk tidak boleh meminta-minta untuk mendapat uang, Om. Walau saya seorang penjual bunga, tapi saya sudah berjanji pada Ibu untuk tidak pernah memakan uang dari hasil meminta-minta, kecuali dari hasil penjualan bunga ini” ujar penjaja cilik itu.

Sang pemuda itu bagai kesambar petir mendengar jawaban sang bocah cilik ini. Betapa mulia hatinya, walau seorang penjaja bunga, tapi harga diri dan kehormatannya sangat tinggi. Ia langsung mengambil uang ratusan ribu rupiah lalu memberikan kepada penjaja bunga itu.

“Dik, saya beli semua bunga-bunga kamu ya, saya mau berikan kepada kekasih saya, kebetulan dia berulang tahun hari ini” ujar pemuda itu sambil tersenyum.
Penjaja bunga itu tersenyum luar biasa, ia berikan semua bunga-bunga wangi itu ke pemuda itu lalu berucap terimakasih yang sangat tulus. 

Semangat pemuda itu menjadi puluhan kali lipat, karena mendapat pembelajaran berharga di siang yang mendung itu, bahwa bekerja itu sebenarnya suatu kehormatan, sekecil apapun keuntungan yang didapat dari pekerjaan itu jauh lebih terhormat dari pada mendapat banyak uang dari hasil meminta-minta. Ini benar-benar suatu pelajaran hidup yang sangat luar biasa, batin pemuda itu.    

Apa pesan moral yang bisa kita petik dari cerita inspirasi ini? Bekerja adalah ibadah, sekecil apapun uang yang kita terima dari hasil keringat kita, itu lebih terhormat dan bermartabat, dari pada banyak uang dari hasil belas kasihan banyak orang. 

Bekerja itu memberikan keberkahan, dan sudah selayaknya kita harus selalu bersyukur jika mendapat suatu pekerjaan, dari siapapun juga, asal halal dan bukan berdasarkan dari belas kasihan orang lain. Penjaja bunga cilik itu sudah menunjukkan caranya kepada kita. 

Mari kita bersyukur atas pekerjaan yang selama ini kita terima, karena itu yang akan memuliakan kita dimata orang lain. Jadilah orang yang bernilai dimata orang lain karena perbuatan kita, dan jangan pernah bangga mendapat sesuatu karena hasil dari belaskasihan orang lain.  
  

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "ALVI HADI SUGONDO "KISAH PENJAJA BUNGA CILIK DAN SEORANG EKSEKUTIF MUDA""