ALVI HADI SUGONDO "DIALOG SEORANG PENGUSAHA SUKSES DENGAN SANG MALAIKAT, DIUJUNG HARI AKHIR KEHIDUPAN"


alvi hadi sugondo
alvi hadi sugondo - berdoa

Alvi Hadi Sugondo bercerita, alkisah ada seorang pengusaha yang terkena stroke hingga 7 hari belum tersadarkan diri. Kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Oleh dokter, umurnya tinggal beberapa saat lagi. Sang istri dan tiga anak-anaknya sudah tak punya harapan untuk kesembuhan orang yang sangat mereka sayang.

Alvi Hadi Sugondo menambahkan, suatu malam, dalam mimpi yang sangat jelas, datanglah mahluk bercahaya. Sang pengusaha itu berpikir, itu pasti malaikat pencabut nyata. Wajahnya sangat cerah, bajunya berbentuk jubah berwarna putih terang dan harum baunya.

“Wahai pengusaha sukses, jika kamu tidak mendapat 100 doa dalam 1x 24 jam, maka nyawa kamu akan saya cabut. Saya tunggu sampai satu jam ini” ujar malaikat itu dengan nada tegas tepat di pukul 23.00 WIB 

‘Wah kalau Cuma 100 saja sih saya bisa’ pikir pengusaha itu dengan nada senang.

Waktu terus berlalu, dengan perasaan penuh harap, ia menunggu doa-doa karyawannya itu yang berjumlah ribuan. Hatinya makin gelisah, karena waktu terus berputar cepat. Mengharapkan 100 orang yang berdoa pikirnya bukan sesuatu yang sulit. Pasti ada lebih dari 100 orang yang mendoakan kesembuhannya itu, karena jumlah karyawannya lebih dari 1000 orang.  

“Dokter, bagaimana kondisi suami saya?” ujar Sang istri dan tiga anak-anaknya yang masih kecil.

“Kemungkinannya sembuhnya sangat tipis, Bu. Hanya mukjizat yang bisa menolongnya di saat-saat kritis seperti ini” ujar dokter sambil memeriksakan denyut jantung pengusaha itu. 

alvi hadi sugondo
alvi hadi sugondo - malaikat
Alvi Hadi Sugondo menambahkan, waktu terus bejalan, sangat cepat. Sang pengusaha makin ketakutan mendengar keterangan dari dokter tersebut. Ia melihat istri tersayang sedang memeluk dirinya sambil menangis tersedu-sedu, sementara ketiga anaknya juga menangis disamping dua pembantu rumahtangganya. 

Ketika itu, ia dikagetkan dengan kemunculan mahluk bercahaya yang ia yakini sebagia malaikat. Dan terjadilah komunikasi.

“Wahai malaikat, sudah ada berapa doa yang ditujukan kepada diriku. Pasti sudah lebih dari 100 doa, karena jumlah karyawanku lebih dari 1000 orang” ujar pengusaha itu kepada malaikat dengan nada yakin. 

“Aku sudah bekeliling untuk mencari suara hati orang yang berdoa untuk dirimu dan aku hanya melihat ada 4 doa yang sangat tulus yang ditujukan untuk kesembuhan kamu saja” ujar malaikat itu.

Hati pengusaha itu hancur mendengar keterangan dari sang malaikat, ternyata hanya ada 4 doa saja yang ditujukan kepada dirinya, kemana yang lain? Kok tidak sesuai dengan perkiraan semula. Sementara waktu sudah menunjukkan pukul 23.45 WIB, tinggal 15 menit lagi dari waktu yang dijanjikan oleh malaikat tiba. 

“Wahai malaikat, tolong tunjukkan siapa saja yang mendoakan untuk kesembuhanku?” pinta pengusaha itu sambil menangis pilu.

Maka malaikat dengan kekuasaannya bisa menampilkan sebuah layar lebar yang sangat jelas. Disitu, ia bisa melihat siapa saja yang berdoa dengan doa yang sesungguhnya. 

Yang pertama, dalam layar itu Nampak sang istri yang sedang menangis, berdoa siang dan malam dengan tetesan air mata yang tak pernah berhenti, demi kesembuhannya. Ia juga melihat ketiga anak-anaknya yang masih kecil, Nampak tertunduk sedih dan mengadahkan tangan mereka untuk berdoa dan doa mereka sangat sungguh-sungguh sepenuh hati, mendoakan ayahnya itu agar cepat sembuh. 

“Apakah 1000 karyawanku, teman bisnisku, relasi serta teman-teman dekatku selama ini tak ada yang mendoakanku?” ujar pengusaha itu penasaran

“Ada yang berdoa untukmu tapi doa mereka tidak ada yang sungguh-sungguh, bahkan terkesan main-main dan tidak serius. Saya tak lihat doa mereka disinari air mata ketulusan mereka, maka doa itu tidak kami terima” ujar malaikat lagi.

Menurut malaikat itu, bahkan bukan mendoakan justru para karyawannya itu memberi sumpah semoga pengusaha itu cepat pergi dari dunia ini, karena selama ia sehat, ia suka memecat karyawan yang sebenarnya tidak salah, menindas serta memeras dengan kekuasaannya. Bukan hanya karyawan, tapi juga musuh bisnis serta kompetitornya pun menyumpahi pengusaha itu agar nyawanya segera dicabut.

“Wahai malaikat, ijinkan aku melihat istri dan anakku sebelum kamu mencabut nyawaku di penghujung malam yang sunyi ini” pinta pengusaha itu yang sudah sangat berputus asa. Lalu ia pun melihat kondisi sang istri yang sedang berdoa dengan doa yang sangat tulus dan mengundang kepiluan bagi yang mendengarkannya.

Ya Tuhanku, aku tahu selama ini suamiku bukan suami yang baik untuk aku dan anak-anaku, aku tahu ia juga pernah berkhianat dibelakangku, suka memanfaatkan kekuasaan jabatan untuk menindas para karyawan dan memberi sumbangan hanya untuk popularitas didepan banyak orang, tapi lihatlah anak-anak ini yang sudah kau titipkan kepada kami. Ia masih memerlukan sosok ayah untuk masa depan mereka, dan hamba sungguh berat membesarkan mereka tanpa suami saya ini” ujar sang istri sambil menangis pilu, seiring dengan jam dinding berdentang tepat pukul jam 00.00 WIB 

Tiba-tiba malaikat setengah berteriak, “wah doa dari mana ini kok mengalir dengan tiba-tiba sedemikian banyak?”

Sang pengusaha sangat terkejut ketika melihat sinar putih yang memenuhi kotak amalnya yang berdatangan begitu banyak dan tiba-tiba. Sang malaikat lalu memeriksa siapa pengirim doa sebanyak ini.

“Wahai pengusaha yang dermawan, ternyata jumlah doa kamu sudah melebihi dari 100 doa tepat pada pukul tengah malam ini dan lebih dari 300 doa itu berasal dari anak-anak tak mampu dan terlantar yang kau pernah santuni beberapa waktu lalu, serta beberapa orang-orang yang dalam kesulitan yang pernah kamu bantu. Mereka melihat pemberitaan TV bahwa kamu sedang dalam kondisi sekarat dan dengan serta merta ratusan anak anak terlantar itu mengajak semua teman-temannya untuk mendoakan kesembuhamu” ujar malaikat lalu ia berpamit untuk tidak jadi mencabut nyawa sang pengusaha dermawan itu.   

Pelajaran moral apa yang bisa kita ambil hikmahnya dari kisah diatas? Ternyata, apa yang kita pikirkan itu tak selamanya yang akan kita dapat, misalnya teman yang kita anggap sahabat yang baik, belum tentu mau mendoakan kesembuhan kita jika kita sedang sakit, atau siapa saja yang sudah kita anggap baik. 

Justru sesuatu yang kita anggap sepele, seperti menyantuni anak yatim piatu, anak terlantar, panti asuhan, memberi makan orang-orang yang lapar itu sebenarnya penolong sejati saat kita memerlukan pertolongan. Hanya doa orang yang tulus yang bisa diterima oleh sang malaikat, karena doa mereka ikhlas dan penuh ketulusan. Mari berbagi kebaikan kepada sesama. 

 




Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "ALVI HADI SUGONDO "DIALOG SEORANG PENGUSAHA SUKSES DENGAN SANG MALAIKAT, DIUJUNG HARI AKHIR KEHIDUPAN""